
“Dulu
saya kerja formal, Sejak tahun 1988 itu saya kerja jadi karyawan bank
di Jakarta, kemudian saya pindah-pindah bank sampai tahun 2005. Pada
tahun 2006, saya mulai jadi wiraswastawan, saya buka toko ATK, fotocopy,
rental komputer di Jalan Penanggungan dan itu keluar duitnya, saya juga
tidak menyangka,” Kata Agus.
Agus
melanjutkan kisahnya, pada tahun 2007 rekan-rekan kerjanya di perbankan
mulai menggodanya untuk menjadi bankir lagi karena melihat skill dan
ilmu yang dimilikinya. Akhirnya dia dilamar untuk menjadi direksi di
sebuah BPR di Wlingi Blitar.
“Karena
saya kena kredit macet, saya batal menjadi direktur dan turun jabatan
menjadi kepala bagian. Pada tahun 2008, BPR cabang yang di Malang butuh
direksi baru karena dirutnya keluar, akhirnya saya dipindah ke Malang.
Pada tahun 2012, saya berfikir kalau kerja di bank terus itu capek,
akhirnya saya melirik usaha lain” Urai Agus.

“Saya
melihat di samping rumah Ibu saya itu berjualan nasi pecel, terus beli
sambalnya itu di Ibu saya. Saya melihat penjual nasi pecel itu kok
rumahnya bagus? Akhirnya naluri saya muncul, saya berfikir kira-kira
jualan sambal pecel hasilnya lumayan,” Kata Agus
Berawal
dari pengamatannya itu, di Tahun 2012 Agus memberanikan diri untuk
berjualan sambal pecel. Dia memesan sambal pecel sebanyak 4 Kg kepada
ibunya. selama 3 bulan berjualan, sambal pecelnya tidak laku sama
sekali.
“Ternyata
jualan itu tidak gampang, pada waktu itu saya tidak menyerah, akhirnya
saya bersama teman direksi BPR mencoba kemasan baru, akhirnya muncul
kemasan seperti lontong itu. Ternyata dengan merubah kemasan itu
mempengaruhi penjualan,” Urai Agus.
Saat
lebaran tahun 2013, Agus mulai menawarkan sambal pecel ke toko-toko di
Kediri, sambal pecelnya ditolak semua karena belum memiliki izin PIRT.
Hanya ada satu toko yang mau menerima sambal pecelnya, selama 2 minggu
sebelum lebaran Agus berhasil menjual sambal pecel seharga 1.750.000
rupiah

Setelah mengurus PIRT di Dinas Kesehatan, Agus mulai menawarkan sambal pecelnya di toko-toko dan pusat oleh-oleh di Kediri.
“Saya
kirim sambal pecel di Pusat Oleh-Oleh GTT Ngasem, saya diberi tahu oleh
pemilik GTT agar gabung di Paguyuban UKM Kelud Mandiri, ternyata benar
setelah bergabung saya memiliki banyak teman pelaku UKM untuk berbagi
ilmu dan pengalaman. Setelah itu saya diajak pameran tingkat kecamatan,
ikut bazaar keliling di Koperindag, hingga akhirnya saya bisa menjadi
pengurus CTH Kediri raya,”
Dengan
kemasannya yang unik seperti lontong, menjadikan sambal pecel Gopeng
semakin terkenal karena menjadi bahan guyonan konsumen khususnya
ibu-ibu.

Keistimewaan Sambel Pecel Gopeng selain kemasannya yang unik seperti lontong adalah semua
bahan yang dipakai merupakan bahan pilihan yang berkualitas, kacang dan
cabai berkualitas. Cara mengolahnya juga berkualitas, oleh karena itu
harganya agak mahal dengan target pasarnya adalah kalangan menengah ke atas.
“Kami hanya memiliki satu kemasan berbentuk lontong, ukuran 200 gram dengan harga 14.000,” Kata Agus.
Saat ini Sambal Pecel Gopeng sudah merambah Jember, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Malang, Yogyakarta dan Tangerang. Agus Gopeng berpesan kepada para pemula di dunia UKM agar lebih “endhel”, tulus dan murah senyum
“Intinya harus berani melangkah, fokus, jaga kualitas, maka produk itu akan terkenal dengan sendirinya,” Pungkasnya. (kominfo).
Sambal Pecel Gopeng
Alamat : Dusun Sukorejo Desa Wonorejo Kecamatan Wates
Hp : 081 249 513 15
Alamat : Dusun Sukorejo Desa Wonorejo Kecamatan Wates
Hp : 081 249 513 15
Next > |
---|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar