Batik Tulis Bu Anik
Geliat perajin batik di tengah
arus persaingan pasar
Tumbuh dan berkembang tidak dari
kota budaya, perajin batik harus memiliki effort lebih dalam menjaga
eksistensinya. Dengan mengangkat potensi yang ada di wilayahnya, ikon – ikon
batik pun semakin beragam.
Kediri salah satunya, meskipun
terkenal sebagai kota tahu tidak menutup kemungkinan perajin batik pun
bermunculan. Batik tulis Bu Anik adalah UKM yang dulunya memulai debutnya di
bidang fashion painting.
“Kami pun para perajin batik yang
ada di Kabupaten Kediri diarahkan untuk mengikuti pelatihan batik. Dari 40
peserta pada saat itu, ada 35 orang yang eksis membatik hingga saat ini.
Meskipun pada akhirnya kami focus mengembangkan produk batik, ketika ada
pesanan untuk painting ya tetap kami layani,” Ungkap Budi.
Dalam menjalankan usahanya, Budi
juga menerima anak usia sekolah yang ingin belajar membatik. “Biasanya mereka
mendapat tugas membatik dari sekolah, mereka mengerjakannya sampai pada tahap
menggambar motif yang selanjutnya kami membantu untuk proses canting dan
finishing, karena mereka tentu belum memiliki keahlian khusus dan jam terbang
untuk itu,” Jelas Budi.
“Selain itu juga ada markisa, kuda
lumping namun yang paling khas adalah Mangga Podang Gunung, konon merupakan
hasil bumi Kabupaten Kediri yang hanya ada di barat Sungai Brantas,” Terang
Budi.
“Biasanya motif mangga podang
gunung tersebut diwarna dengan warna merah, mewakili karakter tanah yang ada di
barat sungai itu berwarna kemerahan,” tambahnya.
Kini Budi mampu memiliki 30 tenaga
kerja meskipun yang datang setiap
harinya hanya 5 – 6 orang karena biasanya memang bisa dikerjakan di rumah
masing-masing sebagai tenaga borongan. Setiap bulannya, Batik Tulis Bu Anik
mampu memproduksi maksimal 150 lembar dengan harga untuk setiap produknya mulai
125 ribu rupiah hingga 400 ribu rupiah.
Usaha yang sudah berjalan 6 tahun
tersebut mengaplikasikan pewarna kimia dan juga pewarna alam pada produksi
batiknya. Sedangkan untuk pemasaran karena saat ini memang sedang trend melalui
pemasaran online, Budi masih sebatas menggunakan surat elektronik dan media
sosial sebagai media promosi, belum memiliki website sendiri.
Budi mengaku kerap mengalami
kesulitan dalam pemasaran. Selama ini pemerintah menggemborkan prinsip ‘Aku
Cinta Produk Indonesia’ namun dalam semangat tersebut belum sampai pada membuat
masyarakat greget untuk selalu membeli produk local terutama batik. “Karena
memang dirasa harga memang tinggi, kami pun tidak mungkin menurunkan harga
karena memang proses yang dilalui pun tidak sederhana,” Katanya.
Sumber : Majalah Media Info KUMKM
Edisi 9 Tahun 2015
Batik Tulis Bu Anik
Jl. Dadapan 275 Ngasem Kediri
Telp. (0354) 547415 Hp. 081 335
817 071
Tidak ada komentar:
Posting Komentar