Rabu, 29 Juni 2016

LOMBOK CRISPY "ZEINSA"

Camilan atau makanan ringan kian digemari oleh semua kalangan masyarakat. Karenanya UMKM yang bergerak dibidang makanan ringan juga kian banyak. Bermacam-macam inovasi dan kreatifitas makanan ringan semakin beragam, termasuk salah satunya yang saat ini sedang dikembangkan oleh Kholisatun Naimah.
Zeinsa 1
Usaha makanan ringan milik Kholisatun ini diberi nama Zeinsa berdiri sejak tahun 2000. Zeinsa sendiri berasal dari nama kedua anak kandung dari Kholisatun, yakni Ahmad Zein Atmojo dan Sandi Atmojo. Jelas Kholisatun Kepada Tim Kominfo di rumahnya.Sabtu ( 3/10)
“Awalnya usaha ini saya kerjakan sendiri. Setelah tiga tahun berjalan dan banyaknya permintaan, saya berdayakan ibu-ibu tetangga untuk membantu. Motivasi awal usaha produk makanan ringan rumahan ini untuk membantu ekonomi keluarga dan produk pertama yang saya hasilkan adalah olahan kacang.” Ujarnya.
Zeinsa 2Dalam mengembangkan usahanya, Kholisatun pernah mendapatkan bantuan dari PKK Kabupaten Kediri berupa mesin spinner dan pasrah kelapa. Selain itu, Kholisatun juga pernah ikut studi banding bersama BPM-P2TSP (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu) Kabupaten Kediri untuk mengembangkan olahan produknya.
Sekarang ini usaha Zeinsa milik Kholisatun ini kian berkembang. Dalam rata-rata setiap bulan, Kholisatun mampu meraup omzet 60 juta. Kholisatun memiliki 14 orang karyawan, dan produk-produknya menjadi produk unggulan Kecamatan Tarokan. Produknya bermacam-macam, yakni Kembang Gula, Mamas Pedas, Keripik Jamur Crispy, Crispy Lombok, Telo Pedas Manis, Sale Pisang dan Nggaringan (ikan air tawar yg digoreng crispy).
Dalam membuat produk makanan, Kholisatun selalu berorientasi kepada bahan baku lokal yang ada di sekitar daerahnya dan harus berbeda dengan produk olahan makanan yang lain. Sehingga mudah diingat di benak pelanggan dan juga para pelanggan tetap membeli produk-produk Zeinsa karena ciri khas.
Zeinsa 3“Saya itu suka nyeleneh kalo memasak dan ingin selalu mencoba hal-hal yang baru. Seperti pada umumnya ibu rumah tangga selalu berpikir tentang bahan yang ada di sekitar, dan diolah secara berbeda dengan orang-orang pada umumnya.” Jelasnya Kholisatun.
Seperti pada olahan Crispy Lombok, Kholisatun memilih lombok karena pertama mudah didapat di sekitar Tarokan. Awalnya Kholisatun mengikuti Studi Banding di Batu, mengenai membuat nilai tambah pada produk unggulan lokal. Disana diajari pengolahan keripik buah.
“Saya berpikir potensi apa yang asli dan belum ada yang bikin usaha sehingga bisa dijadikan produk unggulan Kabupaten Kediri dan bisa menjadi nilai tambah. Lalu munculah cabai. Kemudian saya pilih olahan cabai yang diambil kulitnya saja yang diramu dengan bumbu-bumbu khusus lalu di goreng kering hingga menjadi crispy Lombok yang sangat nikmat rasanya.
Karena harga Lombok kurang stabil, (harganya murah ketika panen raya dan mahal ketika kekurangan pasokan dipasar). Usaha ini sekaligus sebagai upaya membatu para petani cabai dalam menstabilkan harga saat panen raya cabai tiba. Terang ibu dua anak ini.
Zeinsa 4Sekarang Crispy Lombok menjadi produk andalan penjualan Zeinsa. Banyak disukai dan permintaan nambah terus. “Dulunya yang disukai Kembang Gula lalu bergeser ke Jamur Crispy. Sekarang yang lagi trend dan paling dicari adalah Crispy Lombok.” Ungkap KholisatunĂ‚ sembari menambahakan dalam satu hari menghabiskan 20 kg Lombok merah besar.
Dalam setiap olahan makanan ringan miliknya, Kholisatun selalu menjaga mutu, kualitas dan kesehatan dengan tidak menggunakan bahan pengawet dan vetsin. Juga selalu menggoreng dengan minyak kemasan yang bermutu baik “Karena saya sendiri sejak dulu gak pernah masak dengan memakai vetsin. Apalagi untuk diberikan pada orang lain. sehingga Saya harus memberikan yang terbaik untuk para konsumen.” Tambahnya.
Jika anda tertarik untuk membeli berbagai macam olahan makanan ringan Zeinsa, anda bisa datang langsung di Dusun Kemiri, Desa Kedungsari Kecamatan Tarokan juga bisa anda dapat di Pusat oleh oleh khas kabupaten Kediri . Atau anda bisa menghubungi ibu Kholisatun Naimah di nomor (0354)779874 dan 085731230718. ( Kominfo )

Sambel Pecel GOPENG Wates


IMG-20160621-WA0016Tidak ada yang menyangka jika Agus Ariyanto (51), pemilik UKM Sambal Pecel Khas Kediri dengan merk “Gopeng” dulunya adalah seorang bankir. Pahit manis dunia perbankan sudah pernah dia rasakan, mulai dari Bank Duta, Bank Ratu hingga sebuah BPR di Blitar pernah ia tangani.
“Dulu saya kerja formal, Sejak tahun 1988 itu saya kerja jadi karyawan bank di Jakarta, kemudian saya pindah-pindah bank sampai tahun 2005. Pada tahun 2006, saya mulai jadi wiraswastawan, saya buka toko ATK, fotocopy, rental komputer di Jalan Penanggungan dan itu keluar duitnya, saya juga tidak menyangka,” Kata Agus.
Agus melanjutkan kisahnya, pada tahun 2007 rekan-rekan kerjanya di perbankan mulai menggodanya untuk menjadi bankir lagi karena melihat skill dan ilmu yang dimilikinya. Akhirnya dia dilamar untuk menjadi direksi di sebuah BPR di Wlingi Blitar.
“Karena saya kena kredit macet, saya batal menjadi direktur dan turun jabatan menjadi kepala bagian. Pada tahun 2008, BPR cabang yang di Malang butuh direksi baru karena dirutnya keluar, akhirnya saya dipindah ke Malang. Pada tahun 2012, saya berfikir kalau kerja di bank terus itu capek, akhirnya saya melirik usaha lain” Urai Agus.
IMG-20160621-WA0011Ditanya terkait kisah memulai usaha Sambal Pecel, Agus menceritakan berawal dari mengamati tetangganya yang berjualan nasi pecel di dekat rumahnya.
“Saya melihat di samping rumah Ibu saya itu berjualan nasi pecel, terus beli sambalnya itu di Ibu saya. Saya melihat penjual nasi pecel itu kok rumahnya bagus? Akhirnya naluri saya muncul, saya berfikir kira-kira jualan sambal pecel hasilnya lumayan,” Kata Agus
Berawal dari pengamatannya itu, di Tahun 2012 Agus memberanikan diri untuk berjualan sambal pecel. Dia memesan sambal pecel sebanyak 4 Kg kepada ibunya. selama 3 bulan berjualan, sambal pecelnya tidak laku sama sekali.
“Ternyata jualan itu tidak gampang, pada waktu itu saya tidak menyerah, akhirnya saya bersama teman direksi BPR mencoba kemasan baru, akhirnya muncul kemasan seperti lontong itu. Ternyata dengan merubah kemasan itu mempengaruhi penjualan,” Urai Agus.
Saat lebaran tahun 2013, Agus mulai menawarkan sambal pecel ke toko-toko di Kediri, sambal pecelnya ditolak semua karena belum memiliki izin PIRT. Hanya ada satu toko yang mau menerima sambal pecelnya, selama 2 minggu sebelum lebaran Agus berhasil menjual sambal pecel seharga 1.750.000 rupiah
IMG-20160621-WA0010“Saya sangat senang sekali. Karena keberhasilan itu, pada tahun 2014 saya memberanikan diri resign dari BPR, gaji lumayan, fasilitas mobil saya tinggal, pada awalnya sangat berat, tetapi saya tidak boleh menyerah. Intinya jualan itu tidak boleh gengsi, harus berani menertawakan diri sendiri, harus berani menertawakan produk kita,” Imbuh Agus.
Setelah mengurus PIRT di Dinas Kesehatan, Agus mulai menawarkan sambal pecelnya di toko-toko dan pusat oleh-oleh di Kediri.
“Saya kirim sambal pecel di Pusat Oleh-Oleh GTT Ngasem, saya diberi tahu oleh pemilik GTT agar gabung di Paguyuban UKM Kelud Mandiri, ternyata benar setelah bergabung saya memiliki banyak teman pelaku UKM untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Setelah itu saya diajak pameran tingkat kecamatan, ikut bazaar keliling di Koperindag, hingga akhirnya saya bisa menjadi pengurus CTH Kediri raya,”
Dengan kemasannya yang unik seperti lontong, menjadikan sambal pecel Gopeng semakin terkenal karena menjadi bahan guyonan konsumen khususnya ibu-ibu.
IMG-20160621-WA0015“Omzet hari biasa 7 kwintal per bulan, saya memiliki target 2 ton. Kalau bulan puasa bisa lebih dari 1 ton,” Kata Agus.
Keistimewaan Sambel Pecel Gopeng selain kemasannya yang unik seperti lontong adalah semua bahan yang dipakai merupakan bahan pilihan yang berkualitas, kacang dan cabai berkualitas. Cara mengolahnya juga berkualitas, oleh karena itu harganya agak mahal dengan target pasarnya adalah kalangan menengah ke atas.
“Kami hanya memiliki satu kemasan berbentuk lontong, ukuran 200 gram dengan harga 14.000,” Kata Agus.
Saat ini Sambal Pecel Gopeng sudah merambah Jember, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Malang, Yogyakarta dan Tangerang. Agus Gopeng berpesan kepada para pemula di dunia UKM agar lebih “endhel”, tulus dan murah senyum
“Intinya harus berani melangkah, fokus, jaga kualitas, maka produk itu akan terkenal dengan sendirinya,” Pungkasnya. (kominfo).
Sambal Pecel Gopeng
Alamat : Dusun Sukorejo Desa Wonorejo Kecamatan Wates
Hp : 081 249 513 15

Add comment

Senin, 20 Juni 2016

BATIK TULIS BU.ANIK KEDIRI



Batik Tulis Bu Anik
Geliat perajin batik di tengah arus persaingan pasar
Tumbuh dan berkembang tidak dari kota budaya, perajin batik harus memiliki effort lebih dalam menjaga eksistensinya. Dengan mengangkat potensi yang ada di wilayahnya, ikon – ikon batik pun semakin beragam.
Kediri salah satunya, meskipun terkenal sebagai kota tahu tidak menutup kemungkinan perajin batik pun bermunculan. Batik tulis Bu Anik adalah UKM yang dulunya memulai debutnya di bidang fashion painting.
Budi Irianto, Pemilik UKM Batik Tulis Bu Anik menceritakan fashion painting dilakoninya sejak 2001 silam yang diaplikasikan di baju, kerudung dan lain-lain. Baru kemudian 2009 ada himbauan dari ketua Dekranasda setempat agar mengembangkan batik, terlebih di tahun 2008 batik memang mulai menggeliat.
“Kami pun para perajin batik yang ada di Kabupaten Kediri diarahkan untuk mengikuti pelatihan batik. Dari 40 peserta pada saat itu, ada 35 orang yang eksis membatik hingga saat ini. Meskipun pada akhirnya kami focus mengembangkan produk batik, ketika ada pesanan untuk painting ya tetap kami layani,” Ungkap Budi.
Dalam menjalankan usahanya, Budi juga menerima anak usia sekolah yang ingin belajar membatik. “Biasanya mereka mendapat tugas membatik dari sekolah, mereka mengerjakannya sampai pada tahap menggambar motif yang selanjutnya kami membantu untuk proses canting dan finishing, karena mereka tentu belum memiliki keahlian khusus dan jam terbang untuk itu,” Jelas Budi.
Batik saat ini semakin berkembang dan beragam. Motif dan corak pun kerap kali menjadi ikon sebuah wilayah. Kabupaten Kediri mengusung Mangga Podang Gunung sebagai ciri khasnya.
“Selain itu juga ada markisa, kuda lumping namun yang paling khas adalah Mangga Podang Gunung, konon merupakan hasil bumi Kabupaten Kediri yang hanya ada di barat Sungai Brantas,” Terang Budi.
“Biasanya motif mangga podang gunung tersebut diwarna dengan warna merah, mewakili karakter tanah yang ada di barat sungai itu berwarna kemerahan,” tambahnya.
Kini Budi mampu memiliki 30 tenaga kerja meskipun yang datang  setiap harinya hanya 5 – 6 orang karena biasanya memang bisa dikerjakan di rumah masing-masing sebagai tenaga borongan. Setiap bulannya, Batik Tulis Bu Anik mampu memproduksi maksimal 150 lembar dengan harga untuk setiap produknya mulai 125 ribu rupiah hingga 400 ribu rupiah.
Usaha yang sudah berjalan 6 tahun tersebut mengaplikasikan pewarna kimia dan juga pewarna alam pada produksi batiknya. Sedangkan untuk pemasaran karena saat ini memang sedang trend melalui pemasaran online, Budi masih sebatas menggunakan surat elektronik dan media sosial sebagai media promosi, belum memiliki website sendiri.
Budi mengaku kerap mengalami kesulitan dalam pemasaran. Selama ini pemerintah menggemborkan prinsip ‘Aku Cinta Produk Indonesia’ namun dalam semangat tersebut belum sampai pada membuat masyarakat greget untuk selalu membeli produk local terutama batik. “Karena memang dirasa harga memang tinggi, kami pun tidak mungkin menurunkan harga karena memang proses yang dilalui pun tidak sederhana,” Katanya.
“Apalagi untuk daerah sini memang dikenal bukan daerah penghasil batik seperti Solo, Pekalongan di Jawa Tengah yang tentunya sudah membludak sekali. Namun kami berkeyakinan from zero to hero, ini bisa menjadi semangat untuk terus berkembang,” imbuhnya menutup perbincangan.
Sumber : Majalah Media Info KUMKM Edisi 9 Tahun 2015
Batik Tulis Bu Anik
Jl. Dadapan 275 Ngasem Kediri
Telp. (0354) 547415 Hp. 081 335 817 071



ROTI MLINJO "ASMOROBANGUN" PUNCU



Roti Melinjo Asmorobangun
Menjelang lebaran, toko-toko, swalayan hingga pasar tradisional memajang beraneka macam jajanan khas lebaran seperti kue-kue, permen, kacang, keripik dan lain sebagainya. Jika Anda merasa bosan dan membutuhkan hidangan lebaran yang unik, Anda bisa mencoba roti melinjo. Roti yang berbahan dasar tepung ini memilik keunikan yaitu jika dimakan akan terasa kriuk-kriuk gurih emping melinjo.

Jika Anda ingin mencobanya, Anda bisa mendapatkan roti melinjo di pusat oleh-oleh di Kabupaten Kediri seperti GTT, Goekil dan beberapa supermarket di Kota Kediri dengan harga yang sangat terjangkau.
Ainur Rozi (49), Produsen Roti Melinjo asal Desa Asmorobangun Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri kepada tim dari Dinas Kominfo menuturkan bahwa usaha roti melinjo ini berawal dari ketidaksengajaan. Istri Ainur Rozi yang bernama Suryani (45) memiliki hobi yang suka membuat berbagai olahan roti.
“Berawal dari hobi istri saya yang suka bikin olahan roti, jadi banyak jenis roti yang dia bisa, salah satunya akhirnya menemukan resep roti melinjo, lha roti melinjo itu pertama kali dibuat untuk hidangan lebaran, ternyata respon dari tamu itu kok enak rasanya? kok belum pernah ada? terus di luar lebaran itu ada tetangga yang mau ke kerabatnya pesan 1 Kg, 2 Kg, kok banyak yang ikut? terus salah satunya itu Bu Darmi, mantri pertanian, ikut merasakan, pak rotine njenengan itu layak untuk diorbit, ini betul – betul khas, saya belum pernah menemukan ini, lha ini yang jadi motivasi saya untuk membuat roti melinjo ini sebagai salah satu usaha,” tutur Rozi.

Setelah Roti Melinjonya mulai dikenal oleh para tetangga dan Mantri Pertanian, Rozi mulai mendapatkan undangan dari Dinas Pertanian untuk mendapatkan pembinaan.
“Setelah itu akhirnya kita sering dapat motivasi dari dinas, diundang Dinas Pertanian, ketemu sama teman-teman UKM, pertama kali kita gabung di Paguyuban UKM Kelud Mandiri. Di sanalah saya mulai membuka mata bahwa ternyata saya ini masih kecil untuk ukuran UKM. Setelah mendapat masukan, motivasi dan dorongan dari teman-teman. Alhamdulillah saya merasa termotivasi, terus akhirnya kita niatkan untuk besarkan ini menjadi produk keluarga,” Urai Rozi.
Ditanya terkait pemasaran produknya, Bapak empat anak ini menjelaskan bahwa pada awalnya roti melinjo di bungkus mika dan dititipkan di toko-toko sebelah rumahnya.
“Dulu roti dibungkus mika, dititipkan di toko-toko sebelah, seminggu sudah habis akhirnya semakin meluas, bahkan toko-toko sampai pesan agar pasokan jangan sampai telat. Sekarang ini untuk pasar lokal sudah merambah kepung, puncu dan kandangan. Sedangkan untuk luar kota sudah merambah Pusat Oleh-Oleh di Batu, Malang, Solo, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Bondowoso, Semarang dan Jakarta” Terang Rozi Rozi.
Rozi memberi merk roti melinjo miliknya dengan nama Asmorobangun. Alasannya karena dia ingin mengangkat nama desanya dan juga nama tersebut khas dan sudah dipatenkan menjadi merk roti melinjonya.
Selama bulan puasa ini, Rozi yang dibantu oleh 5 orang karyawan bisa memproduksi 84 toples roti melinjo dalam sehari. Kendalanya ada di kapasitas produksi yang masih kecil karena semua harus dikerjakan secara manual tidak bisa menggunakan mesin.

“Semua serba manual, bahannya tidak mau adaptasi dengan cetakan stainless, kuningan itu nggak mau. Lengket, jadi di sana itu ada emping, jadi kalau dicetak itu empingnya nonjol, akhirnya lubang-lubang. Tetapi Kalau pake tangan, itu tahu emping melinjonya muncul atau nggak,” Kata Rozi.
Kendala lain yang dihadapi Rozi adalah mahalnya harga bahan baku. Harga gula dan Melinjo menjelang lebaran ini sangat mahal.
“Gula sekarang per sak sudah 800 ribu, melinjo saja yang biasanya di kisaran harga 35 ribu per kilogram, belum pernah menembus angka 40 ribu sekarang sudah 58 sampai 60 ribu, itupun barang nggak ada, jadi kemarin saya dikirim melinjo dari Solo,” Kata Rozi.
Komposisi Roti Melinjo Asmorobangun adalah tepung, melinjo, gula, telur, minyak kelapa, margarin, dan pewarna makanan. Harganya pun tergolong murah tetapi rasanya sangat unik.
“Untuk kemasan Mika harga 7500, Untuk kemasan kotak di pusat oleh-oleh 17.000, untuk kemasan toples edisi lebaran harga 25.000,” Kata Rozi.
Selain membuat Roti Melinjo, Rozi juga melayani pesanan roti kelapa, kacang, kastangel dan roti salju. (kominfo)

Kamis, 02 Juni 2016

Permen Tape “Sinar Jaya”, tembus pusat Oleh2 Bali



Permen Tape “Sinar Jaya”, tembus pusat Oleh2 Bali
Apakah Anda sudah pernah menikmati permen tape? Jika belum, Anda bisa mengunjungi UKM Sinar Jaya Mandiri di Desa Rembang Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Rasanya yang manis dan sedikit asam serta teksturnya yang lunak dan lumer di mulut akan membuat Anda ketagihan untuk mencobanya.
Usaha permen tape “Sinar Jaya” didirikan oleh pasangan suami istri Hj. Fatimah dan H. Abdullah Sugiono pada tahun 1980. Awalnya di Desa Rembang Ngadiluwih ada 5 orang yang memulai usaha permen tape, tetapi saat ini hanya “Sinar Jaya” milik mereka berdua yang masih bertahan. Mereka mencoba-coba meracik bahan-bahan permen tape secara otodidak hingga menemukan racikan yang pas.
“Dulu di tahun 1980 saya dan suami memulai membuat permen tape dengan modal gula 5 kg dan tape, dulu saya sendiri yang memarut kelapa, “ngudek” hingga mengemasnya. Saya dan suami mencoba-coba hingga menemukan rasa permen tape yang enak dan pas. Jika saya ditanya tentang komposisi pembuatan permen tape saya tidak akan jelaskan karena itu rahasia perusahaan” Kata Fatimah.

Selama 36 tahun menjalani usaha permen tape, usahanya tidak selalu lancar. Kadang sepi dan kadang ramai. Dulu dia sendiri yang menjual permen tape ke tetangganya sedangkan suaminya “nyales” ke toko-toko.
“Dulu saya gendong pakai “Rinjing”, saya jual ke tetangga. Kemudian suami saya “Nyales” ke toko-toko dan pasar. Alhamdulillah sekarang pemasaran dibantu oleh anak saya. Setelah lulus kuliah, anak saya kerja di Bank dengan gaji 3 juta. Menurut saya gaji itu tidak akan cukup untuk menafkahi keluarga dan 2 orang anaknya. Akhirnya saya suruh keluar dan mulai “Nyales” Permen Tape ini,” terang Fatimah.
Akhirnya Budi Asmoro SE, anak dari Ibu Fatimah keluar dari tempat kerjanya dan mulai memasarkan permen tape “Sinar Jaya”. Dulu Budi memakai sepeda motor mencoba memasarkan Permen Tape ke Toko dan Pusat Oleh-Oleh di  Batu, Malang tetapi belum laku. Tetapi Budi tidak menyerah dia mencoba hingga ke Tuban, Pasuruan dan Yogyakarta untuk memasarkan permen tapenya.
Hasilnya sekarang Budi tidak perlu “nyales” lagi, sekarang Dia sudah memiliki pelanggan tetap di Seluruh Jawa Timur, Jawa Tengah, Bandung bahkan sampai ke Bali. 

“Tiga tahun yang lalu, produk kami dibawa oleh Kantor Penanaman Modal Kabupaten Kediri yang mengikuti pameran UMKM di Bali. Ternyata pengusaha pusat oleh-oleh di Bali tertarik dan meminta sampel untuk dites mulai dari rasa dan daya tahannya. Alhamdulillah sekarang kami rutin mengirim ke Bali setiap bulannya sekitar 6 kardus besar,” Kata Budi.
Menurut Budi, Keistimewaan Permen Tape Sinar Jaya milik orang tuanya adalah komposisi racikan bahan-bahannya sangat pas sehingga menghasilkan rasa yang enak, selain itu produknya juga tahan lama.
“Kami menggunakan bahan pilihan, Kemasan kami juga sudah modern serta kami cantumkan tanggal kadaluwarsa dan PIRT dari dinkes,” Terang Budi.
Sekarang ini, UKM Sinar Jaya menghabiskan 2 kwintal gula, 300 butir kelapa dan 1 kwintal tape setiap harinya. Dengan dibantu oleh 20 orang karyawan Permen tape yang sudah jadi tersebut dikemas menjadi beberapa jenis. Ada yang per bungkus isi 6 buah untuk jajanan anak-anak, kemasan 300 gram untuk oleh-oleh dan kemasan 350 gram untuk dihidangkan saat hari raya.
Bagi Anda yang ingin menikmati Permen Tape “Sinar Jaya”, Anda bisa ke Desa rembang Kecamatan Ngadiluwih atau bisa menghubungi Budi Asmoro, SE di nomer 081259955910, 085736601801.





Coklat ADPICO merupakan produk asli coklat dari buah Kakao yang banyak tersebar di Kec.plosoklaten,dibuat oleh Ibu Sonah..dari desa Be=reggolo Kec.Plosoklaten Kediri

Sambal Pecel “Hutami” Sedap dan Mantap, Dibuat dari Kacang Pilihan



Sambal Pecel  “Hutami” Sedap dan Mantap, Dibuat dari Kacang Pilihan

Pecel, telinga kita sudah sangat akrab dengan warisan kuliner yang satu ini. Makanan pecel tidak bisa lepas dari sambal pecelnya. Hampir di semua daerah terutama di Jawa, mengklaim memiliki makanan pecel yang khas. Nah, dari sekian jenis pecel atau sambal pecel yang ada, pecel racikan tradisional dari Kediri dikenal memiliki cita rasa tersendiri.
Karena rasanya yang sedap dan mantap, pecel Kediri sangat digemari masyarakat di berbagai daerah. Adalah keluarga Bapak Muslih (49), salah satu keluarga pembuat sambal pecel di Kediri  yang dikenal memiliki rasa yang mantap.
Usaha pembuatan sambal pecel Pak Muslih ini kini mulai berkembang. Dari sebuah rumah yang tidak begitu luas, usaha ini dirintis sekitar 1 tahun yang lalu. Rumahnya terletak di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih atau sekitar 2 km ke arah selatan dari alun-alun kota kediri.
Pembuatan sambal pecel berlogo dan bermerek “Hutami” ini masih mempertahankan cara-cara tradisional dengan bahan baku kacang dan Lombok pilihan.
usaha sambel pecel Pak Muslih berawal dari Istrinya yang bernama Ulfa Yuliatin (40) yang hobi memasak. “Istri saya bisa membuat sambal pecel, kemudian ada tetangga yang pesan dan katanya enak, akhirnya saya kembangkan menjadi usaha sampai saat ini” tutur pria yang dulunya pernah menjadi direktur di sebuah BPR  ini.

Sejak itu, sambal pecel “Hutami” laris manis dan dari hari ke hari, bisnis sambal pecel ini semakin berkembang. Karena masih baru mulai, bisnis Sambal Pecel Pak Muslih ini masih berbasis pesanan. Pesanannya datang dari berbagai kota di Jakarta, Blitar dan Surabaya.
Apa sebenarnya yang jadi rahasia dibalik mantapnya sambal pecel “Hutami”? “Dari racikan dan bahan bakunya,” tandas Muslih. Dia membeberkan bahwa salah satu rahasia adalah bahan bakunya. Dia selalu menggunakan bahan terbaik dan tidak berlaku curang dengan mencampur bahan lain agar mendapat untung besar.
“Saya menggunakan kacang dan bahan terbaik dan saya pilih yang benar-benar berkualitas, kadang ada juga yang mencampur dengan singkong agar harganya murah, tetapi saya tidak mau melakukan itu, karena rasanya tidak akan enak” ucapnya. Bahan baku umum untuk membuat sambal pecel adalah kacang tanah, gula merah, gula pasir, asam, dan cabai keriting.
“Sambal Pecel yang enak bisa dilihat saat diseduh dengan air panas, jika warnanya tetap merah maka sambal pecel itu menggunakan kacang murni, tetapi jika warnanya berubah putih maka sudah ditambahi singkong,” Kata Muslih.
Selain sambal pecel, Pak Muslih juga memproduksi keripik tahu dengan merk “Klik” yang rasanya gurih dan renyah saat dimakan. Bagi Anda yang ingin menikmati sambal pecel “hutami” milik pak Muslih, Anda bisa ke Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih atau bisa memesan melalui telepon / WA di nomer 082232101133.